Sabtu, 14 Juni 2008

Serba Serbi Perikanan

Antara Peningkatan Devisa dan GEMARIKAN

Oleh : Husain Latuconsina
Dosen Manajemen Sumberdaya Perikanan Universitas Darussalam Ambon

Adalah sesuatu hal yang bisa dikatakan cukup membingungkan kalau kita membahas tentang dunia perikanan di Indonesia . Sederhana saja alasannya : 1. Untuk meningkatkan perekonomian bangsa yang sempat terpuruk setelah dilanda krisis ekonomi maka pemerintah Indonesia mulai meningkatkan ekspor produk perikanan yang memang masih memiliki potensi yang cukup besar baik pada sub sektor perikanan tangkap maupun budidaya.
Hal ini merupakan respon positip dari permintaan akan berbagai macam produk perikanan yang datang dari berbagai negara konsumen utama dunia seperti Jepang, Korea, Hongkong, Singapura dan beberapa negara Eropa serta Amerika. 2. Di sisi lain dengan alasan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa maka pemerintah Indonesia juga telah mencanangkan Gerakan Nasional Memasyarakatkan Makan Ikan atau disingkat GEMARIKAN.
Gerakan ini dinilai sangat tepat, mengingat bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan sumberdaya hayati perikanan baik di darat maupun di laut. Selain itu produk perikanan memang dikenal banyak mengandung nilai gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebut saja Omega-3, protein, vitamin, mineral, serta memiliki kandungan kolesterol rendah dan lainnya.
Adapun tujuan GEMARIKAN ini dilatar belakangi oleh animo masyarakat Indonesia didalam mengkonsumsi ikan yang masih begitu rendah bahkan sangat jauh diatas rata-rata jika dibandingkan dengan beberapa negara di dunia dimana masyarakatnya memiliki tingkat konsumsi ikan yang sangat tinggi seperti Jepang sebesar 110 kg/kapita/thn, Hongkong 70 kg/kapita/thn, Korea Selatan 65 kg/kapita/thn, bahkan tingkat konsumsi ikan di Indonesia yang hanya baru mencapai 18 kg/kapita/thn pada tahun 1999 dan mulai mengalami peningkatan sebesar 24,67 kg/kapita/thn pada tahun 2003, malahan dengan kampanye GEMARIKAN ini diharapkan tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat Indonesia akan mencapai 30 kg/kapita/thn, namun harapan itupun masih kalah jauh dibandingkan dengan tingkat konsumsi produk perikanan oleh masyarakat Singapura sebesar 50 kg/kapita/tahun.

Peningkatan Devisa Perikanan

Semenjak krisis ekonomi yang juga disertai dengan semakin menyusutnya sumberdaya hayati daratan maka bangsa Indonesia dengan skenario optimistiknya telah memalingkaan pandangannya ke laut yang dirasakan masih sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian negara melalui salah satu sektor andalnnya yaitu Perikanan. Kebijakan ini tidaklah berlebihan karena pada kenyataannya Indonesia memang memiliki keaneka ragaman hayati ikan yang sangat tinggi di dunia, dimana ditemukan sekitar 2000 jenis ikan atau sekitar 25 % ikan yang ada di muka bumi ini ditemukan diperairan Indonesia. Itupun baru sekitar 400 jenis yang diidentifikasi memiliki nilai ekonomis tinggi.
Besarnya potensi perikanan di Indonesia ini merupakan suatu keunggulan komparatif yang sekaligus menjadi tantangan berat bagi bangsa indonesia untuk dapat memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada secara optimal dan berkelanjutan demi peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan perekonomian bangsa.
Kondisi ini direalisasikan dengan peningkatan usaha perikanan tangkap khusunya untuk mengeksploitasi Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan motorisasi perikanan untuk nelayan tradisional yang masih menggunakan armada penangkapan yang sangat sederhana dan ini diharapkan dapat meningkatkan daya jangkau mereka untuk melakukan penangkapan ikan diatas 3 mil laut dari garis pantai. Sementara dari sub sektor budidaya mulai digalakan dan semakin ditingkatkan khususnya untuk budidaya laut dengan berbagai produk andalan yang sering menjadi tujuan ekspor seperti Ikan kerapu, kepiting, rajungan, udang, teripang, tuna dan lainnya yang memiliki nilai ekonomis penting sehingga diharapkan semakin mampu untuk meningkatkan devisa negara.
Alhasil dalam beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia sudah dapat meningkatkan produksi hasil perikanannya seperti pada perikanan tangkap yang semakin meningkat, dimana pada periode 2001-2003 mengalami peningkatan produksi rata-rata sebesar 5,15 % yaitu dari 4.276.720 ton pada tahun 2001, meningkat menjadi 4.728.320 ton pada tahun 2003. Sementara untuk bidang budidaya terjadi pertumbuhan produksi yang begitu besar dimana untuk budidaya baik di laut maupun pada perairan umum (danau dan Sungai) terjadi peningkatan sebesar 9,6 % per tahun dimana pada tahun 1999 produk budidaya mencapai 882.989 ton mengalami peningkatan sebesar 1.140.000 ton pada tahun 2002, dan untuk budidaya perairan diperkirakan akan semakin meningkat produksinya pada tahun-tahun mendatang karena potensi lahan budidaya yang dimiliki bangsa Indonesia sangat terbentang luas.

Ironi GEMARIKAN

Mungkin tidaklah berlebihan jika Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan Nasional yang dikampanyekan pemerintah bisa dibilang suatu ironi, karena kampanye GEMARIKAN ternyata kurang didukung dengan usaha dan strategi pemerintah untuk menyediakan produk ikan yang berkualitas tinggi di pasar-pasar domestik untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia, hal ini karena ikan-ikan yang berkualitas tinggi langsung menjadi tujuan ekspor untuk memenuhi permintaan pasar dunia yang semakin tinggi, apalagi nilai jual ikan yang berkualitas tinggi dihargai sangat tinggi pula harganya di pasaran internasional sehingga semakin menguatkan alasan bagi produsen ikan untuk lebih menjatuhkan pilihan menjual ikannya ke pasar mancanegara dibandingkan dengan pasaran dalam begeri.
Kondisi seperti ini bukanlah menjadi kesalahan siapapun, baik produsen ikan maupun para konsumen ikan dari dalam dan luar negeri. Alasannya karena produsen ikan dalam hal ini para pengusaha perikanan akan lebih mempertimbangkan masalah keutungan ekonomi dibandingkan dengan aspek lainnya, apalagi konsumen dalam negeri memiliki daya beli terhadap produk perikanan yang relatif rendah, jika dibandingkan dengan konsumen luar negeri yang mampu membayar berapapun harganya asalkan produk perikanan yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan persyaratan yang diinginkan seperti dalam keadaan segar, daging ikan tidak hancur dan faktor lainnya yang dapat meningkatkan nilai jual ikan dimata konsumen luar negeri.
Pada akhirnya konsumen produk perikanan dalam negeri (masyarakat Indonesia ), hanya akan mendapatkan produk perikanan nomor dua, dalam artian produk buangan atau produk pilihan terakhir yang pada dasarnya memiliki nilai jual yang rendah karena tidak segar, dagingnya sudah rusak yang dengan sendirinya telah menurunkan mutu dari produk perikanan tersebut.
Contoh yang paling menarik yang dapat kita angkat adalah produk perikanan laut seperti ikan tuna dimana beberapa jenis ikan ini jarang di konsumsi oleh masyarakat Indonesia . Kalaupun ada pastilah orang yang berkantong tebal, itupun harus memakannya pada restoran-restoran elit dan mahal, sementara dalam betuk mentah pasti ditemui pada pasar-pasar bersih dan higenis yang sengaja dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dari golongan menengah ke atas, sehingga sangat jauh dari jangkauan dan daya beli masyarakat bawah.
Dengan kondisi seperti ini maka kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan Nasional yang disuarakan oleh pemerintah akan terasa hambar dimata sebagian besar masyarakat Indonesia yang lebih di dominasi oleh masyarakat menengah ke bawah. Hal ini karena bertolak belakang dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk perikanan dalam hal jumlah maupun kulaitas ke pasar Internasional.
GEMARIKAN pada dasarnya bukan suatu kampanye untuk sekedar memakan produk perikanan dalam hal kuantitas saja tetapi lebih diprioritaskan dalam hal kualitas produk perikanan yang dikonsumsi dan pada hakekatnya memiliki tujuan yang mulia yaitu untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat, kuat dan cerdas. Untuk memenuhi tujuan ini maka produk perikanan yang menjadi tujuan konsumsi masyarakat Indonesia pun harus memiliki kualitas yang tinggi sehingga pada gilirannya akan memenuhi harapan pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Namun sayangnya kenyataan yang terjadi adalah malah sebaliknya, dimana ikan yang terbaik, terbersih, tersegar dan tertinggi kandungan protein serta senyawa kimiawi esensial lainnya dan sangat di butuhkan oleh tubuh manusia yang terkandung dalam tubuh ikan malah di kirim ke luar negeri. Adapun ikan yang kulitnya sudah mengelupas, daging yang jaringan tubuhnya sudah hancur, bahkan ikan yang telah terkena formalin akibat proses pengawetan malah di jual di pasaran dalam negeri.

Tidak ada komentar: